Langsung ke konten utama

Facebook Fanspage

Menjaga Akar Keadilan: Mengapa Kemenangan Politik Adalah Ujian Karakter Terberat Kita? (Refleksi Surah Al-An’am 6:44-45)


    Oleh: H.Muhamad Syadid, Lc. M.H., Sekretaris DPW PKS Jawa Timur

Setiap langkah yang diayunkan Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Partai Keadilan Sejahtera Jawa Timur (PKS Jatim) senantiasa ditopang oleh dua kekuatan: legitimasi politik yang didapat dari rakyat, dan legitimasi spiritual yang bersumber dari janji Tauhid dan Amanah kepada Allah. Sejarah membuktikan, kekuatan sejati PKS lahir dari gerakan dakwah tarbiyah, sebuah fondasi yang menuntut integritas moral di atas ambisi duniawi. Kita hadir bukan hanya untuk berebut kursi, melainkan untuk memperbaiki bangsa dengan membawa panji Bersih, Peduli, Profesional dan Negarawan.

Namun, perjalanan kita di gelanggang politik seringkali memunculkan ilusi yang paling berbahaya: anggapan bahwa kemenangan adalah tanda mutlak perkenan Ilahi. Ketika suara bertambah, kursi legislatif terisi, dan sumber daya operasional melimpah, kita berada dalam sebuah Ujian Kesejahteraan yang jauh lebih berat daripada masa-masa minoritas dan penindasan. Al-Qur’an secara tegas memberikan peringatan mengenai mekanisme sistematis kehancuran kaum yang lalai, sebuah hukum sejarah abadi (Sunnatullah) yang berlaku bagi setiap entitas, termasuk organisasi politik.

Mari kita merenungi firman Allah dalam Surah Al-An’am, ayat 44 dan 45, yang menjadi pijakan kritis bagi manajemen dan pembinaan kader kita:

{فَلَمَّا نَسُوْا مَا ذُكِّرُوْا بِهٖ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ اَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍۗ حَتّٰٓى اِذَا فَرِحُوْا بِمَآ اُوْتُوْٓا اَخَذْنٰهُمْ بَغْتَةً فَاِذَا هُمْ مُّبْلِسُوْنَ}

“Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa.”

{فَقُطِعَ دَابِرُ ٱلۡقَوۡمِ ٱلَّذِينَ ظَلَمُواْۚ وَٱلۡحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ}

“Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”

Sunnatullah Kehancuran: Siklus Kelalaian dan Akumulasi Kezaliman

Ayat 44 menjelaskan tahap kritis yang harus kita waspadai, yaitu ketika organisasi mulai “melupakan peringatan” (Nasu ma Dzukiruu bih). Kelalaian ini, atau risiko Nasyan, muncul persis setelah kita menikmati fase “pembukaan semua pintu kesenangan” (Fatahna Alaihim Abwaba Kulli Syai’). Kenaikan perolehan suara yang signifikan atau penambahan jabatan strategis di Jawa Timur, harus kita pandang sebagai uji coba berat. Jika kader dan pimpinan mulai terlena, menganggap kesuksesan politik sebagai hasil kecerdasan semata, maka disitulah Nasyan mengakar.

Nasyan dalam konteks manajemen PKS Jatim adalah kegagalan memori institusional: ketika kita melupakan bahwa Istiqamah dalam penegakan disiplin adalah prasyarat keberkahan. Kaderisasi menjadi longgar, tabligh (menyampaikan dan memberi contoh) terhenti, dan kegiatan Muhasabah (refleksi diri) mingguan atau bulanan tidak lagi dijalankan dengan kesungguhan. Kelalaian ini memungkinkan Kezaliman (Zulm) perlahan-lahan merembes. Zulm yang paling berbahaya adalah zulm struktural: ketika Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) atau Dewan Syariah Wilayah (DSW) memilih untuk melindungi kader yang jelas-jelas melanggar etika dan hukum demi mempertahankan modal politik, pengaruh, atau dana. Tindakan ini, yang mengorbankan Keadilan Politik demi kepentingan korporat, secara institusional menempatkan PKS Jatim ke dalam kategori Qoum Alladzina Zhalamu (kaum yang zalim).

Klimaks dari akumulasi kezaliman ini adalah hukuman yang datang secara tiba-tiba (Akhadznahum Baghtah). Krisis ini bukanlah serangan eksternal acak, melainkan hasil logis dari zulm yang terakumulasi di internal. Kejatuhan ini, yang membuat para pelaku terdiam putus asa (mublisun), diakhiri dengan vonis kehancuran total: “Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya” (Faquti’a Dabirul Qawmil Ladziina Dzalamuu). Hukum ini bersifat kekal, tidak berubah, dan mengikat nasib setiap organisasi.

K2P2 sebagai Pembangkit Istiqamah dan Gardu Pertahanan Etika

Kerangka Kader, Kaderisasi, dan Pelayanan Publik (K2P2) adalah respons strategis dan spiritual kita untuk memastikan PKS Jatim tidak pernah menjadi entitas yang akarnya terputus. K2P2 adalah praktik nyata Istiqamah dalam menunaikan Amanah.

1. Penguatan Pilar Kader dan Kaderisasi: Menjaga Kualitas Jantung Organisasi

Istiqamah sejati dimulai dari pemurnian niat dan penguatan komitmen normatif di setiap jenjang kader. Kita harus memastikan bahwa pembinaan kader tidak hanya berfokus pada pelatihan teknis pemenangan pemilu, tetapi pada peneguhan Matiinul Khuluq atau Akhlaqul Karimah.

Kaderisasi yang kuat adalah benteng melawan Nasyan. Setiap kader harus didorong untuk aktif melakukan Muhasabah pribadi dan kelompok, menjauhi lingkungan yang melegitimasi kebatilan. Kader yang bersemangat untuk berperan aktif dan mendalam dalam setiap aktivitas kerja (profesionalisme) dan yang memiliki integritas, tanggung jawab, serta keteladanan, akan secara otomatis menolak godaan kekuasaan. Ini adalah Manajemen Risiko Etika yang paling ampuh: menempatkan individu yang saleh dan kompeten di semua lini kepemimpinan, sehingga zulm tidak menemukan tempat untuk berkembang.

2. Keadilan Politik (Internal): Menghindari Zulm Struktural

Janji kehancuran (Faquti’a Dabiruhum) ditujukan kepada kaum yang zalim. Untuk menghindari takdir ini, PKS Jatim harus secara tegas mempraktikkan Adl (Keadilan) struktural, yang merupakan salah satu dari Tujuan Hukum Syariah (Maqashid al-Syariah).

Pimpinan harus memastikan bahwa Dewan Syariah dan mekanisme pengawasan internal bekerja dengan Independensi dan Otonomi. Standar disiplin harus diterapkan secara konsisten, tanpa memandang status atau jabatan kader. Ketika kita bersikap vis-a-vis (berhadapan) dengan lembaga penegak hukum eksternal, hal itu seolah-olah mengkhianati slogan “Bersih” dan merupakan bentuk zulm terhadap konstituen. Dengan bekerja sama secara transparan dan menindak tegas kader yang melanggar, PKS Jatim menunjukkan kepada rakyat Jawa Timur bahwa partai ini tidak mau menjadi bagian dari Qoum Alladzina Zhalamu. Keadilan internal yang tegas adalah satu-satunya cara kita menunjukkan bahwa kita belum melupakan peringatan Ilahi.

3. Pelayanan Publik dan Keummatan: Menguatkan Basis Kultural

Gerakan kultural dan pelayanan sosial—seperti santunan, aksi solidaritas, dan pelayanan kesehatan yang selama ini menjadi ciri khas PKS Jatim—bukanlah sekadar alat politik, melainkan perwujudan konkret dari Amanah. Kegiatan ini menanamkan solidaritas sosial (‘Asabiyyah positif, dalam istilah Ibnu Khaldun) dan menjaga hubungan simbiotik antara partai dan masyarakat (al-rijal).

Ketika kader turun langsung ke tengah-tengah ummat dan elemen kultural lainnya di Jatim, kita sedang membuktikan bahwa kekuasaan yang diberikan rakyat tidak dialihkan untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk Maslahah (kemaslahatan umum). Jika basis keummatan terabaikan, dan energi terkuras hanya pada konflik elit, maka kita telah melupakan tujuan sejati (Nasu ma Dzukiruu bih) dan secara perlahan merusak akar dukungan kita. Pembangunan diri kader (Fokus pada Pembangunan Diri) dan kemandirian dalam bekerja harus diarahkan pada peningkatan kontribusi kepada masyarakat, menjadikan pelayanan sebagai tolok ukur Istiqamah yang paling jujur.

Kita tidak pernah takut dengan kekuatan zalim di luar sana, karena kita tahu kehancuran mereka telah dijamin oleh Sunnatullah. Ketakutan kita yang paling besar justru adalah kegagalan internal kita sendiri. Kehancuran akar (Faquti’a Dabiruhum) adalah takdir bagi organisasi yang terlena dalam kesenangan politik dan secara sadar menoleransi zulm.

Oleh karena itu, mari kita teruskan jihad Tarbiyah dan Pelayanan Publik di Jawa Timur. Mari kita tegaskan bahwa setiap peningkatan kursi dan perolehan dana harus dibalas dengan pengetatan disiplin dan penegasan Keadilan. Dengan menjaga Istiqamah dalam setiap langkah, kita tidak hanya menunaikan Amanah kepada rakyat, tetapi juga memenuhi prasyarat ilahi untuk menyaksikan janji kemenangan dan tegaknya keadilan sejati. Pada akhirnya, kita akan bersyukur atas takdir universal: “Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam” (Walhamdu lillaahi Rabbil ‘Aalameen), karena Dia telah membersihkan dunia dari kezaliman, dan kita pantas menjadi bagian dari ummat yang teguh di atas kebenaran.5}




Komentar

Postingan populer dari blog ini

RAKERDA PKS Magetan 2025 Tegaskan K2P2 sebagai Arah Perjuangan

Magetan — Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Magetan menggelar Rapat Kerja Daerah (RAKERDA) 2025 pada Ahad, 14 Desember 2025, bertempat di Hotel Bukit Bintang, Magetan. Kegiatan strategis ini menjadi momentum konsolidasi dan peneguhan arah perjuangan PKS Magetan dalam menyongsong agenda politik dan pelayanan publik ke depan. RAKERDA dihadiri oleh jajaran pengurus Dewan Pengurus Tingkat Daerah (DPTD), Dewan Pengurus Cabang (DPC) se-Kabupaten Magetan, Fraksi PKS DPRD Magetan, serta Anggota DPR RI Fraksi PKS, Riyono Caping. Kehadiran para pimpinan dan kader dari berbagai tingkatan ini mencerminkan soliditas struktur serta semangat kebersamaan dalam mengokohkan gerak langkah partai. Kegiatan RAKERDA mengusung tema “Kokohkan Barisan, Tingkatkan Pelayanan, Raih Kemenangan”, selaras dengan kerangka kerja K2P2 (Kader, Kaderisasi, Pelayanan Publik) yang menjadi landasan strategis PKS. Ketua DPD PKS Magetan, Indra Kusuma Aryanto, membuka kegiatan dengan pantun penuh makn...

Pemuda, Politik, dan Masa Depan Indonesia : Menafsir Ulang Sumpah Pemuda

Setiap kali bulan Oktober datang, kita diingatkan kembali pada Sumpah Pemuda. Hampir seabad lalu, anak-anak muda yang jauh dari kata mapan berani bersumpah: satu tanah air, satu bangsa, satu bahasa. Dari situlah lahir bara perjuangan kemerdekaan. Kini, 2025, pertanyaan yang harus kita ajukan: apakah panggung pemuda masih ada, atau sudah habis dikuasai oleh kepentingan pragmatis dan politik dinasti? Sejarah Indonesia jelas: pemuda selalu menjadi motor perubahan. Tahun 1966, mahasiswa mengguncang Orde Lama. Tahun 1998, mahasiswa menumbangkan Orde Baru. Tetapi hari ini, generasi muda lebih sering sibuk dengan layar ponsel ketimbang membicarakan masa depan bangsanya. Bukan salah teknologi sepenuhnya, tetapi budaya instan dan distraksi digital membuat banyak pemuda kehilangan arah. Magetan, tanah kita, menghadapi tantangan yang sama. Banyak anak muda memilih merantau ke Surabaya, Jogja, Jakarta, atau bahkan ke luar negeri demi mencari penghidupan yang lebih layak. Pertanian dan peternakan, ...

Relawan PKS membantu beres-beres sisa banjir di Pojok

Relawan PKS membantu proses pembersihan sisa-sisa banjir bandang di Desa Pojok Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan. #BERITAFOTOPKS | Magetan -- Sejumlah Relawan DPD PKS Magetan membantu korban banjir di wilayah Kabupaten Magetan bagian Selatan, Jawa Timur, Selasa (16/03/2021). Banjir terjadi dikarenakan hujan intensitas deras yang turun terus menerus yang mengakibatkan banjir luapan sungai mulai dari atas ke sungai Balekambang desa Tladan, sungai Ngunut, Kedung Sigit dan tanah longsor dibeberapa titik. Kader dan Relawan PKS Magetan melakukan beberapa kegiatan untuk membantu korban bencana alam tersebut. Diantaranya membantu warga korban terdampak banjir di Desa Pojok Kecamatan Kawedanan Magetan. Fotografer: Hafazara/PKS Foto sumber : pks.id