Post Top Ad

Post Top Ad

November 30, 2020

2020 Munas Kelima, Logo PKS Baru

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakaatuh, salam sejahtera bagi kita semua. Alhamdulillah 29 November kemarin Partai Keadilan Sejahtera menyelenggarakan Munas Kelima di Bandung. Munas kali ini lain dengan munas sebelumnya yaitu penerapan protokol kesehatan, dilaksanakan secara daring, dan yang paling berkesan lagi dalam munas pada akhir 2020 ini adalah peluncuran logo baru, peluncuran mars baru, dan hymne baru. Berikut ikhwah sekalian bisa menyimak berita di bawah ini :

Jakarta, CNN Indonesia -- Partai Keadilan Sejahtera (PKS) resmi mengubah lambang partai. Perubahan lambang PKS bertepatan dengan puncak penyelenggaraan forum Musyawarah Nasional (Munas) V PKS yang digelar di Bandung Jawa Barat, Minggu (29/11).

Sekjen PKS Aboe Bakar Alhabsy mengatakan lambang baru PKS memiliki filosofi PKS tampil lebih segar, lebih dekat dan terbuka untuk semua kalangan.

"Perubahan lambang, mars dan hymne sudah dirumuskan sejak kepengurusan sebelumnya. Esensi perubahan ini adalah PKS harus tampil lebih segar, lebih dekat dan terbuka untuk semua kalangan," kata Aboe dalam keterangan resminya.

Berdasarkan foto yang diterima, logo yang terkandung dalam lambang PKS tersebut masih mirip dengan logo sebelumnya yakni berbentuk 2 bulan sabit yang mengapit padi.

Namun, perbedaannya kini logo itu kini memiliki warna putih dan memiliki latar belakang berwarna oranye. Lalu, bentuk dasar dari logo itu kini berbentuk bulat dengan tulisan PKS berwarna hitam di bawah lambang tersebut.

Sebelumnya, logo PKS adalah bergambar 2 bulan sabit yang mengapit kapas dengan warna emas dengan latar belakang hitam. Logo terdahulu memiliki bentuk dasar kotak.

Gambar oranye sebagai latar belakang dari lambang tersebut memiliki filosofi adalah harapan dan semangat yang selalu optimis dan tetap muda. Sementara warna putih sebagai warna dasar logo memiliki makna filosofis yang menggambarkan ketulusan dan kesucian hati.

Aboe turut mengatakan tagline yang akan dipakai pada masa kepengurusan Presiden PKS Ahmad Syaikhu lima tahun ke depan adalah Bersama Melayani Rakyat dengan gerakan #PKSPelayanRakyat.

"Kita melanjutkan semangat Berkhidmat untuk Rakyat dengan meneguhkan sikap hangat dan dekat dengan rakyat dengan terus istikamah melayani mereka. Ini semangat baru PKS," kata Aboe.

Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com, PKS turut menampilkan performance musik bernuansa anak muda dari DJ Hendry First dan Mansyur Angklung usai meluncurkan lambang baru partai dalam agenda Munas V tersebut.

sumber : cnnindonesia


Oktober 01, 2020

Kenang Korban PKI, Politikus PKS Ramai-ramai Pasang Bendera Setengah Tiang

 


PKS ramai-ramai memasang bendera setengah tiang di depan rumah mereka untuk mengenang korban kebiadaban Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 30 September.

Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera, membagikan foto bendera setengah tiang di rumahnya, bersama buku 'Banjir Darah'.

"Hari ini pasang bendera setengah tiang sambil baca buku Banjir Darah," ucap Mardani kepada kumparan, Rabu (30/09).

Banjir Darah adalah buku karya Anab dan Thowaf yang menceritakan kekejaman PKI terhadap para kiai santri dan umat islam berdasarkan saksi hidup.

Mardani mengatakan, dalam UU No. 24 tahun 2009, salah satu momentum pengibaran bendera setengah tiang adalah pada tanggal 30 September 2020 untuk mengenang korban kebiadaban gerakan 30 September (G30S) Partai Komunis Indonesia (PKI).

Pengibaran bendera setengah tiang dilakukan juga oleh para piltikus PKS lain. Mereka juga menyerukan hal itu melalui berbagai platform media sosial.

"Diperingati, agar tak diulangi. Agar jadi pelajaran bernegara yang bernilai tinggi," ucap Wakil Ketua Majelis Syuro PKS, Hidayat Nur Wahid.

Sumber: kumparan.com
September 09, 2020

Sekolah Cinta Indonesia bersama Rocky Gerung


Untuk teman2 seluruh Indonesia.
Ingin mengenal lebih dekat PKS?
Ingin bergabung menjadi anggota PKS?
Siap berkontribusi utk bangsa bersama PKS.

Yuk! Ikutan Sekolah Cinta Indonesia (SCI)
Hari, tanggal : Kamis, 10 Sept 2020
Pukul : 19.30 - 22.00

Link pendaftaran 👉 http://bit.ly/PKS-SCI

Diakhir acara akan mendapatkan softcopy Kartu Tanda Anggota (KTA) PKS yang akan dikirim online.

Share info ini ke sahabat2 kamu yg lain. Sampai jumpa di Sekolah Cinta Indonesia PKS.

Mari bergabung bersama kader2 PKS di seluruh penjuru Indonesia menjadi bagian dari perbaikan Bangsa.

Yuk, yang di Magetan banyak yang inbox di messenger.... silakan gabung melalui link yang telah disediakan ya...
Link pendaftaran 👉 http://bit.ly/PKS-SCI


bersama : 

Mardani Ali Sera (ketua DPP PKS), Moh. Sohibul Iman (Presiden PKS) dan Guru serta Pengamat Bang Rocky Gerung

Sekolah Cinta Indonesia Rekrutmen Terbuka Anggota Baru PKS

Ayo gabung bersama PKS

Membangun jiwanya, membangun badannya bersama PKS

untuk Indonesia Raya

 

Agustus 14, 2020

Inilah Sosok Pencipta Lagu Hari Merdeka Hingga Penyelamat Bendera Pusaka

PKS | PKS Semarang Silaturahim ke Keluarga Pahlawan di Hari Kemerdekaan

PMJ – “17 Agustus tahun 45, itulah Hari Kemerdekaan kita, Hari Merdeka, Nusa dan bangsa, hari lahirnya Bangsa Indonesia……”. Tahukah kamu siapa pencipta lagu Hari Merdeka tersebut?

Ya, dia lah Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad al-Muthahar, atau yang lebih dikenal dengan nama Husein Mutahar, yang juga Pendiri Paskibraka, dan penyelamat Merah Putih. Habib Haji Muthahar merupakan seorang Habib yang lahir di Semarang, 5 Agustus 1916. Ia mempunyai kematangan usia, kerap mengamalkan ilmu yang luas yang dimilikinya, ikhlas terhadap apa pun, berhati-hati, serta bertakwa kepada Allah SWT.

Sebagai pemuda pejuang, Habib Husein juga ikut dalam ‘Pertempuran Lima Hari’, yaitu aksi heroik di Semarang. Pertempuran antara rakyat Indonesia dengan tentara Jepang. Peristiwa itu terjadi di masa transisi kekuasaan setelah Belanda hengkang, tepatnya sejak 15-20 Oktober 1945. Dua penyebab utama pertempuran itu yakni larinya tentara Jepang, dan tewasnya dr. Kariadi. Gugur dalam pertempuran tersebut, dr. Kariadi kemudian diabadikan menjadi salah satu nama Rumah Sakit di Semarang.

Melihat ke belakang, ketika pusat pemerintah Indonesia hijrah ke Yogyakarta, Habib Husein pernah diajak Laksamana Muda Mohammad Nazir yang saat itu menjadi Panglima Angkatan Laut, sebagai sekretaris panglima. Ketika mendampingi Nazir itulah, Bung Karno kemudian mengingat Habib Husein Mutahar sebagai ‘sopir’ yang mengemudikan mobilnya di Semarang, beberapa hari setelah ‘Pertempuran Lima Hari’. Kemudian Bung Karno menyampaikan kepada Nazir, agar Habib Husein dijadikan ajudan, dengan pangkat mayor angkatan darat.

Pendiri Paskibraka, Gerakan Pramuka, dan Penyelamat Bendera Pusaka

Habib Husein juga aktif dalam kegiatan kepanduan, karena ia merupakan salah seorang tokoh utama Pandu Rakyat Indonesia, gerakan kepanduan independen yang memiliki berhaluan nasionalis. Ketika seluruh gerakan kepanduan dilebur menjadi Gerakan Pramuka, Habib Husein juga menjadi tokoh di dalamnya. Namanya, terkait dalam mendirikan dan membina Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka).

Tim yang hingga saat ini beranggotakan pelajar dari berbagai penjuru Indonesia, bertugas mengibarkan Bendera Pusaka, dalam upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI.

Sementara itu, saat Belanda melancarkan agresi militernya yang kedua, 19 Desember 1948 lalu. Hingga presiden, wakil presiden, dan beberapa pejabat tinggi Indonesia, ditawan penjajah tersebut. Namun, pada saat-saat genting, di mana Istana Presiden, Gedung Agung Yogyakarta dikepung oleh Belanda, Soekarno sempat memanggil Habib Husein, yang saat itu merupakan ajudannya.

Habib Husein ditugaskan untuk menyelamatkan bendera pusaka. Penyelamatan bendera pusaka, menjadi salah satu bagian heroik, dari sejarah tetap berkibarnya Sang Merah putih di Bumi Nusantara.

Saat itu, di sekeliling mereka, bom terus berjatuhan. Tentara Belanda pun terus mengaliri setiap jalanan kota. Habib Husein terdiam. Ia memejamkan matanya, dan berdoa. Tanggung jawabnya sungguh berat.

Tetapi akhirnya, ia berhasil memecahkan kesulitan dengan mencabut benang jahitan yang menyatukan kedua bagian merah dan putih bendera pusaka. Dengan bantuan Ibu Perna Dinata, kedua carik kain merah dan putih itu berhasil dipisahkan. Kemudian, ia menyelipkan kain merah dan putih itu di dasar dua tas miliknya, secara terpisah.

Seluruh pakaian dan kelengkapan lain miliknya, ia jejalkan di atas kain merah dan putih itu. Habib Husein hanya bisa pasrah, dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dalam pikirannya saat itu hanya satu, yakni bagaimana agar pihak Belanda tidak mengenali bendera Merah Putih tersebut sebagai bendera, melainkan kain biasa, sehingga tidak melakukan penyitaan.

Di mata seluruh bangsa Indonesia, bendera itu adalah sebuah ‘prasasti’ yang wajib diselamatkan, dan tidak boleh hilang dari jejak sejarah. Benar saja, tak lama kemudian Presiden Soekarno ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Parapat (kota kecil di pinggir danau Toba) sebelum dipindahkan ke Muntok, Bangka. Sedangkan wakil presiden Mohammad Hatta, langsung dibawa ke Bangka.

Jahit Kembali Bendera Pusaka dan Mengibarkannya

Bendera Pusaka yang tadinya terpisah, ia jahit persis mengikuti lubang bekas jahitan tangan Ibu Fatmawati. Walaupun pada akhirnya, ada kesalahan jahit sekitar 2 cm dari ujungnya. Dengan dibungkus kertas koran (agar tidak mencurigakan), bendera pusaka diberikan kepada Soedjono untuk diserahkan sendiri kepada Bung Karno.

Hal ini sesuai dengan perjanjian Bung Karno dengan Habib Husein, sewaktu di Yogyakarta. Maka, dengan diserahkannya Bendera Pusaka kepada orang yang diperintahkan Bung Karno, selesailah tugas penyelamatan yang dilakukan Habib Husein. Sejak itu, sang ajudan tak lagi menangani masalah pengibaran Bendera Pusaka.

Selanjutnya, pada tanggal 6 Juli 1949, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta kembali ke Yogyakarta, dengan membawa serta bendera pusaka. Tepat tanggal 17 Agustus 1949, bendera pusaka dikibarkan lagi, di halaman Istana Presiden, Gedung Agung Yogyakarta.

Habib Husein juga pernah diangkat menjadi Duta Besar Republik Indonesia, pada Tahta Suci di Vatikan, 1969-1973. Meski sudah banyak jasa yang ia berikan kepada Indonesia, Habib Husein yang meninggal dunia 9 Juni 2004 lalu, menolak untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Padahal, dirinya memiliki Tanda Kehormatan Negara Bintang Mahaputera atas jasanya menyelamatkan Bendera Pusaka Merah Putih dan juga memiliki Bintang Gerilya atas jasanya ikut berperang gerilya pada tahun 1948-1949. Tapi ia memilih untuk dimakamkan di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan. (DBS/ FER).

sumber gambar : pks.id
sumber : pmjnews.com
Juli 28, 2020

Lilik Minta Bank Jatim Bersikap Adil Terhadap BPR Bank UMKM

 



SURABAYA.  Anggota DPRD Provinsi Jatim dari Fraksi Keadilan Bintang Nurani,  Lilik Hendarwati menyampaikan rasa syukurnya atas terpilihnya Direktur Utama Bank Jatim Busrul Iman. Dengan sudah memiliki Direktur Utama yang definitif,  berarti Bank Jatim ke depannya bisa meningkatkan kinerjanya. Senin (27/7/2020)

Namun Lilik juga mengungkapkan bahwa berdasarkan segala kelebihan dan kekurangannya, Bank Jatim  selalu harus optimis.

“Yang pertama itu kalau saya melihatnya, segala carut-marut yang ada di Bank Jatim yang kemarin, mungkin ada yang bisa diselesaikan dengan segera, terkait dengan kebijakan terhadap BPR Bank UMKM sebagai “adiknya” ,” terang Lilik.

Menurut Lilik, ketimpangan pemberian kredit lunak kepada pelaku usaha kecil menengah, Bank Jatim harus bijak menyikapi. Berilah kesempatan pada BPR Bank UMKM untuk menyalurkan kredit kepada pelaku usaha kecil menengah.

“Rasanya juga lebih baik lagi kalau ada pembagian klien,  antara Bank Jatim dengan BPR Bank UMKM itu sebenarnya kan mereka itu lebih mengarah pemberian kredit kepada yang kecil-kecil ya. Jadi menurut saya BPR bank UMKM diberikan kesempatan lagi untuk ngopeni UMKM  berskala kecil menengah,” sambung Lilik.

Lilik menambahkan, porsi Bank Jatim fokus pemberian kredit kepada yang makro saja, biar yang kecil-kecil digarap adik-adiknya sehingga masyarakat itu bisa lebih mudah aksesnya ke BPR Bank UMKM,

“Artinya gini, kalau kemarin kan mereka BPR Bank UMKM ada keluhan. Dikatakan bahwa  bunga yang diberikan di cabang Bank Jatim kecil jika dibandingkan dengan BPR Bank UMKM, sehingga mereka para pelaku usaha kemudian lari ke Bank Jatim. Itu kan kasihan juga  ya. Saya kira sudah waktunya lah Bankjatim bermain besar, dan  memberikan yang kecil-kecil itu kepada BPR bank UMKM,” ujar Lilik.

Lebih lanjut Lilik menekankan, sementara peluang Bank Jatim sendiri kan untuk membesarkan itu sudah sangat terbuka lebar. Ya hampir semua proyek milik pemerintahan di Pemprov dan kabupaten kota Itu kan dana kredit menggunakan Bank Jatim.

“Proyek proyeknya, gaji gajinya para ASN, artinya apalagi yang kurang dari Bank Jatim. Jadi yang kedua ya cara manajemen manajemen yang belum selesai,  harus segera diselesaikan karena sudah memiliki dirut yang definitif. Mungkin Bankjatim harus mulai memikirkan ekspansi, merambah ke tempat yang lain kayak Jabar. Bank BJB itu ekspansi hampir ke seluruh wilayah Indonesia,” lanjutnya.

Lilik mengaku jika para legislatif memberikan support yang  luar biasa terhadap Bank Jatim. Bank Jatim sebagai sentral BUMD yang memiliki peluang besar untuk menjadi BUMD yang membumi, dirasa belum memiliki kinerja luar biasa,

“Kayaknya hasilnya kurang  optimal gitu ya. Dengan adanya Dirut ini semoga Bank Jatim bisa bekerja lebih keras agar ada pencapaian-pencapaian yang luar biasa,” pungkas Lilik.

Sumber: beritalima.com


Juli 19, 2020

31 Juli 2020 Idhul Adha



SUDAH SIAP? Hubungi pengurus PKS terdekat. 
Mari menyembelih dan menyalurkan hewan kurban bersama PKS.
31 Juli 2020 Idhul Adha
.
*protokolkesehatanmodeon

Rangkaian kata Idul-Adha yang terdiri dari dua kata itu berasal dari bahasa Arab. Kata pertama Idul berasal dari kata "'aada-ya'uudu-awdatan wa 'iidan" yang berarti kembali. Sedangkan Adha adalah kata kerja yaitu "Adha-Yudhii-udhiyatan" yang berarti berkorban. Dengan demikian, idul adha adalah suatu perayaan yang dilakukan oleh ummat sebagai tekad untuk kembali kepada semangat pengorbanan. 

Defenisi ini tentu sangat sederhana. Namun saya yakin, jika kita kaji lebih jauh makna filosofis yang ada padanya, akan kita dapati betapa hal ini sangat mendasar dalam kehidupan kita. Dikatakan bahwa kehidupan ini adalah jihad atau perjuangan (al hayaatu jihaadun), sedangkan setiap perjuangan membutuhkan pengorbanan. Dengan demikian, sifat berkorban adalah sifat keharusan bagi setiap insan. Sehingga kesadaran untuk kembali kepada sifat ini merupakan suatu keharusan pula. 

Dalam konteks waktu pelaksanaannya, yaitu pada hari pelemparan Jumrah Aqabah dilakukan oleh jama'ah haji, juga menunjukan bahwa salah satu bentuk pengorbanan yang paling mendesak adalah pengrobanan dalam melakukan perlawanan tanpa akhir dengan musuh-musuh kita. Sehingga perayaan idul adha juga berarti suatu kesadaran sejati untuk melakukan perlawanan terhadap musuh-musuh manusia dalam kehidupan ini. 

Kali ini, saya tidak akan menguraikan makna idul adha dari kata "adha" ini sendiri, melainkan saya akan bertolak dari kata "Korban" yang lebih dikenal di kalangan Muslim Indonesia. Korban dalam bahasa Indonesia sesungguhnya juga berasal dari kata Arab "Qurbaan" yang asalnya adalah "Qaruba-yaqrabu-qurbun wa qurbaan" (kedekatan yang sangat). 

Kata "qurbaan" adalah bentuk tafdhiil yang menunjukkan penguatan terhadap sifat yang dikandung kata tersebut. Dengan demikian, kurbaan atau korban adalah wujud kedekatan yang sangat tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan simbol penyembelihan hewan seorang hamba diharapkan semakin dekat (qariib) dengan Rabnya. Penyerahan pengorbanan dan tersimbahnya darah dari hewan adalah simbol penyerahan hidup seorang hamba kepada Rabbul 'aalamin sekaligus pembuktian dari ikrarnya: "Qul inna shalaati wa nusukii wamahyaaya mamaati lillahi Rabbil 'aalamiin" (sungguh shalatku, pengorbananku, hidup dan matiku adalah milik Allah, Tuhan seluruh alam). 

Melaksanakan korban adalah bentuk ritual yang sedemikian suci dan tinggi yang menggambarkan kedekatan seorang hamba terhadap Sang Khaliq. Seolah dengan segala keredhaan, dipersembahkan yang tercinta (kasus Ibrahim dengan anaknya) dalam rangka meraih keredhaan Ilahi. Sehingga pada akhirnya akan terpatri suatu hubungan yang dibangun di atas landasan "Radhiyatun Mardhiyaatun" yaitu seorang hamba yang memiliki jiwa yang redha lagi diridhai oleh Allah SWT" Tingkatan kejiwaan seperti ini adalah puncak kejiwaan insan muttaqiin, sebagaimana disebutkan dalam tingkatan-tingkatan tangga riyadhah nafsiyah (latihan kejiwaan) dalam dunia tasawuf. 

Penjelasan kejiwaan seperti ini sendiri sejalan dengan makna lain yang dikandung oleh kata "Adha" atau "Dhuha". 

Dalam bahasa Arab, selain berarti pengorbanan, kata dhuha juga berarti suatu waktu di mana mentari sedang menapaki jenjang awal dalam terbitnya. Maka dikenallah misalnya waktu dhuha dengan shalat sunnah dhuhanya. Waktu ini secara khusus dinamakan dhuha, karena pada masa ini merupakan awal mentari pagi menapaki jenjang-jenjang kebarangkatannya menuju ufuk. 

Artinya, Pengorbanan yang dilakukan seorang Mu'min sesungguhnya juga merupakan mentari jiwa dalam menapaki kehidupannya menuju alam kehidupan sejatinya. Diharapkan dengan motivasi pengorbanan, jiwa semakin bersih, suci (muzakkah) sehingga dapat berpaut dengan nuur cahaya Ilahi. Dengan jiwa bersih dan suci ini (qalbun saliim) seorang Muslim manapaki sisa-sisa perjalanannya menuju Khaliqnya. Hanya jiwa seperti ini yang dapat membawa manfaat di hari segala sesuatunya akan sia-sia dan bahkan menjadi penyesalan (yawma laa yanfa'u maalun wa laa banuun, illa man atallaha biqalbin saliim). 

Namun, akankah serpihan sinar tersebut bersembunyi di balik nurani-nurani manusia? Akankah ia ragu menampakkan diri kepada mereka-mereka yang di sekeliling kita? Masihkah pantulan sinar itu terhijab oleh ego manusia itu sendiri? 

Bagi Muslim sejati, jawabnya adalah tidak. Seorang Muslim sejati, sebagaimana ia dituntut untuk terus membesarkan sinar qalbunya, juga dituntut agar sinar qalbunya mampu terrefleksi ke alam sekitarnya. Di sinilah ia dituntut dalam pengabdiannya untuk bertakbir (Allahu akbar) membesarkan Ilahi. Namun pada akhirnya jua ia harus menyinari alam sekitarnya dengan sinar kedamaian dan ketentraman (Salaam). 

Kesadaran jiwa pengrobanan seperti ini menjadi tuntutan yang begitu mendesak saat ini. Pasca krisis yang terjadi di negara kita telah meninggalkan permasalahan-permasalahan sosial yang cukup parah. Pengangguran, yang nota benenya hampir semuanya adalah Muslim, kini mencapai jumlah 36 juta manusia. Pembantaian sistematis akibat dendam yang tak berkesudahan di berbagai tempat, khususnya di Maluku masih terus berlangsung. Anak-anak remaja yang tercampakkan ke dalam jurang narkoba, prostitusi dan berbagai masalah lainnya, telah mengancam masa depan generasi ummat ini. Semua ini adalah realita-realita kehidupan yang membutuhkan sinar (dhuha) mentari yang terpantul dalam nurani setiap Mu'min. Akankah kita biarkan semua ini berlalu? Akankah kita merayakan pengorbanan ini, sementara tak secercah sinar pengorbanan terbetik dalam jiwa kita? Ingat, "Man lam yahtamma bi amril Muslimiina falaesa Minhum" (sungguh siapa yang tidak memperhatikan masalah ummat Islam, maka bukanlah dari golongan mereka). Semoga Idul Adha kita kali ini menjadi semangat pengorbanan yang hakiki. Suatu semangat yang melandasi hidup dan kehidupan kita menuju ridha Ilahi, sekaligus menyinari qalbu dan nurani kita untuk menengok realita kebesaran Khaliq an realita kehidupan di sekitar kita. Alangkah, kegelapan menjadi kabut tebal yang menutupi kebenaran Ilahi di sekitar kita perlu disingkap dengan sinar mentari pagi (dhuha) yang kita rayakan ini. Wallahu A'lam, dan Selamat berkorban. 

Idul Adha dilakukan sehari setelah pelaksanaan puncak ibadah haji, Wukuf Arafah, ditunaikan oleh mereka yang sedang menunaikannya. Pada hari ini yang dinamai sebagai hari "nahar" atau hari mengalirnya darah hewan korban, para jema'ah haji mengalir (afadha dalam bahasa Qur'annya) ke daerah Mina untuk melakukan pelemparan terhadap "Jamrah Aqabah" yang selanjutnya dilanjutkan dengan tahallul awal sebagai tanda dihalakannya kembali berbagai hal yang diharamkan dalam rangkaian ihram, kecuali hubungan suami-isteri (seksual).  

M. Syamsi Ali New York

sumber : unhas.ac.id

sumber : unhas.ac.id